Art par IA: DENDAM SANG PENUNGGU FADE IN: EXT. BUS ANTAR KOTA - SORE Sebuah bus melaju di jalan pegunungan yang berkelok. Pemandangan hijau nan asri terlihat dari jendela. RINA (28), wanita cantik dengan wajah lelah, memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. INT. BUS ANTAR KOTA - SORE Rina menggenggam ponselnya yang menampilkan pesan dari "TANTE SUSI". PESAN TANTE SUSI Rina, maaf mengganggu pekerjaanmu di kota. Tapi kondisi nenekmu semakin parah. Dia terus memanggil namamu. Bisakah kau pulang? Rina menghela napas, kemudian memandang keluar jendela lagi. Bus melewati sebuah papan bertuliskan "SELAMAT DATANG DI DESA KARANGANYAR". EXT. TERMINAL BUS DESA - SENJA Rina turun dari bus dengan satu koper besar. Sekeliling terminal tampak sepi. TANTE SUSI (50) sudah menunggu di dekat pintu keluar. TANTE SUSI (memeluk Rina) Syukurlah kau sudah datang. Nenekmu akan senang melihatmu. RINA (lelah) Bagaimana keadaannya sekarang? TANTE SUSI (wajah sedih) Semakin lemah. Dokter bilang waktunya sudah tidak lama lagi. Mereka berjalan ke arah mobil tua yang diparkir di luar terminal. RINA Sudah lima tahun aku tidak pulang. Apa banyak yang berubah? TANTE SUSI (tersenyum tipis) Desa tetap desa, Rina. Waktu seolah berjalan lebih lambat di sini. Saat mereka masuk ke dalam mobil, seorang LELAKI TUA yang duduk di bangku terminal memandang ke arah Rina dengan tatapan aneh. LELAKI TUA (bergumam) Ratna telah kembali... EXT. RUMAH NENEK - MALAM Mobil Tante Susi berhenti di depan rumah tua bergaya Jawa dengan halaman luas. Rumah tersebut besar namun terlihat suram dan tidak terawat di beberapa bagian. Rina dan Tante Susi berjalan masuk. Rina memandang rumah itu dengan campuran nostalgia dan keengganan. INT. RUMAH NENEK - RUANG TAMU - MALAM Interior rumah bergaya kuno dengan furniture kayu jati dan foto-foto lama terpajang di dinding. Rina meletakkan kopernya dan memandang sekeliling. RINA Tidak ada yang berubah. TANTE SUSI Nenekmu tidak mengizinkan siapapun mengubah apa pun di rumah ini. Rina berhenti di depan foto keluarga besar yang terpampang di dinding. Dia memperhatikan wajahnya yang masih kecil di foto tersebut. TANTE SUSI Nenekmu di kamar utama. Dia sedang tidur. Kau bisa menemuinya besok pagi. Istirahatlah dulu. RINA Baik, Tante. Terima kasih. TANTE SUSI Oh ya, kamarmu yang dulu sudah kusiapkan. Tapi... Tante Susi tampak ragu sejenak. RINA Tapi apa? TANTE SUSI (menggeleng) Tidak apa-apa. Hanya perasaanku saja. Selamat beristirahat. Tante Susi pergi ke dapur. Rina menatap wanita itu dengan bingung. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina masuk ke kamar lamanya. Kamar tersebut terlihat sama persis seperti saat dia tinggalkan lima tahun lalu. Poster-poster lama masih terpajang di dinding. Boneka-boneka tersusun rapi di rak. Rina meletakkan kopernya dan duduk di tepi tempat tidur. Dia mengeluarkan foto dari dompetnya—foto dirinya bersama ANDRA (30), pacarnya di kota. RINA (berbisik) Semoga hanya sebentar. Rina mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, namun tidak ada sinyal. Dia menghela napas frustrasi dan meletakkan ponselnya. Tiba-tiba, angin dingin berhembus masuk dari jendela yang tertutup. Rina bergidik. Dia merasa seperti ada yang mengawasinya. RINA (melihat sekeliling) Siapa di sana? Tidak ada jawaban. Rina menutup gorden jendela dan mulai membongkar kopernya. Tanpa disadarinya, bayangan seseorang terlihat samar di cermin lemari pakaian di belakangnya. Bayangan tersebut perlahan menghilang. INT. RUMAH NENEK - KAMAR NENEK - PAGI NENEK (85), terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya keriput namun tetap memancarkan kewibawaan. Rina duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangan neneknya. RINA (lembut) Nek, ini Rina. Aku sudah pulang. Mata nenek terbuka perlahan. Dia memandang Rina dengan tatapan sayu. NENEK (lemah) Rina... kau benar-benar datang. RINA (tersenyum) Tentu saja, Nek. Aku kangen Nenek. Nenek mencoba duduk, dibantu oleh Rina. NENEK Ada yang harus nenek katakan padamu. Tentang rumah ini. Tentang... Nenek terbatuk keras. Rina cepat-cepat mengambilkan segelas air dari meja samping. RINA Jangan bicara dulu, Nek. Nenek harus istirahat. NENEK (mencengkeram tangan Rina) Dengarkan Nenek. Kau harus berhati-hati. Dia... dia sudah menunggumu. RINA (bingung) Siapa, Nek? NENEK (berbisik) Dimas... dia tidak pernah pergi dari rumah ini. Wajah Rina menunjukkan kebingungan. RINA Dimas? Siapa dia? Sebelum nenek sempat menjawab, pintu kamar terbuka. Tante Susi masuk membawa nampan berisi obat-obatan. TANTE SUSI Sudah waktunya minum obat, Bu. Nenek melepaskan tangan Rina dengan enggan. NENEK (berbisik pada Rina) Jangan percaya apa yang kau lihat di rumah ini. Tidak semuanya nyata. Rina hanya bisa menatap neneknya dengan bingung. EXT. KEBUN BELAKANG RUMAH - SIANG Rina duduk di kursi tua di bawah pohon rindang, membaca buku. Tiba-tiba, suara ranting patah membuatnya menoleh. Di kejauhan, Rina melihat sosok DIMAS (30), pria tampan dengan pakaian kuno gaya 1970-an, sedang berdiri memandangnya. Wajahnya tampan namun pucat. Rina mengucek matanya. Ketika dia memandang lagi, sosok itu sudah menghilang. RINA (pada diri sendiri) Aku mulai berhalusinasi. BIBI MINAH (60), pembantu rumah tangga, mendekati Rina dengan secangkir teh. BIBI MINAH Tehnya, Nona Rina. RINA (tersenyum) Terima kasih, Bi. Rina menerima teh tersebut. Bibi Minah memandang ke arah tempat Dimas tadi berdiri. BIBI MINAH (berbisik) Nona melihat sesuatu? RINA Tidak, Bi. Hanya... sepertinya aku melihat seseorang berdiri di sana tadi. Wajah Bibi Minah berubah pucat. BIBI MINAH (ketakutan) Nona sebaiknya tidak berlama-lama di luar. Apalagi saat menjelang senja. RINA (penasaran) Kenapa, Bi? BIBI MINAH (melihat sekeliling) Rumah ini... punya penunggu, Nona. RINA (tersenyum tidak percaya) Bibi percaya hantu? BIBI MINAH (serius) Bukan sembarang hantu, Nona. Dia menunggu seseorang. Dan kabarnya... dia sudah menunggu sangat lama. Bibi Minah kemudian pergi dengan terburu-buru. Rina menatap kepergiannya dengan bingung, kemudian memandang ke arah tempat dia melihat sosok tadi. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina berbaring di tempat tidurnya, mencoba tidur. Hujan turun dengan deras di luar, sesekali kilat menyambar, menerangi kamar sekilas. Rina membolak-balik badannya, tidak bisa tidur. Tiba-tiba, dia mendengar suara piano dari lantai bawah. Melody yang indah namun menyedihkan. Rina duduk. Dia yakin semua orang sudah tidur. RINA (berbisik) Siapa yang main piano malam-malam begini? Rina turun dari tempat tidur, mengambil senter kecil dari tasnya, dan keluar kamar. INT. RUMAH NENEK - TANGGA - MALAM Rina menuruni tangga perlahan. Suara piano semakin jelas. Melody itu terdengar seperti lagu cinta lama yang menyayat hati. Cahaya redup terlihat dari ruang musik. INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - MALAM Rina mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Piano tua di tengah ruangan bergerak sendiri, tutsnya ditekan oleh tangan tidak terlihat. Rina membuka pintu lebih lebar untuk melihat dengan jelas. Saat dia masuk ke ruangan, musik berhenti tiba-tiba. RINA (ketakutan) Siapa di sana? Tidak ada jawaban. Piano tersebut kini diam. Rina mendekati piano dengan ragu-ragu. Di atas piano, terdapat sebuah foto lama dalam bingkai perak. Foto seorang wanita muda yang wajahnya sangat mirip dengan Rina. Rina mengambil foto tersebut, terkejut dengan kemiripannya. Di belakang foto tertulis "Ratna, 1975". SUARA DIMAS (berbisik) Ratna... Rina terlonjak kaget dan menjatuhkan foto tersebut. Bingkai foto pecah di lantai. Saat Rina membungkuk untuk mengambil foto tersebut, dia melihat bayangan seseorang berdiri di belakangnya melalui pantulan pecahan kaca. Dia berbalik dengan cepat, tapi ruangan kosong. Rina berlari keluar dari ruang musik dengan ketakutan. INT. RUMAH NENEK - KAMAR NENEK - PAGI Nenek terbaring lemah. Kondisinya tampak semakin memburuk. Rina duduk di sampingnya, memegang tangan nenek. RINA Nek, siapa Ratna? Nenek membuka matanya perlahan, tampak terkejut. NENEK (lemah) Bagaimana kau tahu tentang Ratna? RINA Aku menemukan fotonya di piano. Dia sangat mirip denganku. Nenek menggenggam tangan Rina lebih erat. NENEK Ratna adalah adik nenek, bibi buyutmu. Dia... meninggal muda. RINA Bagaimana dia meninggal? Nenek memejamkan mata, seolah mengingat kenangan yang menyakitkan. NENEK Dia bunuh diri. Setelah kekasihnya dibunuh oleh ayah kami. RINA (terkejut) Dibunuh? Kenapa? NENEK Kekasihnya... Dimas... berasal dari keluarga miskin. Ayah kami tidak menyetujui hubungan mereka. Tapi mereka tetap diam-diam bertemu di ruang musik. Rina mulai menghubungkan potongan-potongan informasi. RINA Apakah... Dimas adalah "penunggu" yang dimaksud Bibi Minah? Nenek mengangguk lemah. NENEK Dimas tidak pernah meninggalkan rumah ini. Dia masih mencari Ratna. Dan kini... dia menemukanmu. Rina merasa seluruh tubuhnya dingin. RINA Tapi aku bukan Ratna! NENEK Kau sangat mirip dengannya. Dan darah Ratna mengalir dalam dirimu. Dimas telah menunggu lebih dari 50 tahun. Dia tidak akan membiarkanmu pergi dengan mudah. Sebelum Rina sempat bertanya lebih jauh, nenek terbatuk keras. Darah keluar dari mulutnya. RINA (panik) Nenek! Tante Susi dan Bibi Minah bergegas masuk ke kamar. Mereka berusaha membantu nenek. TANTE SUSI (pada Rina) Panggilkan dokter! Cepat! Rina berlari keluar kamar untuk mencari telepon. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - SORE Rina duduk di tepi tempat tidur, wajahnya penuh kesedihan. Tante Susi masuk ke kamar. TANTE SUSI (sedih) Nenekmu... sudah pergi dengan tenang. Rina menangis. Tante Susi memeluknya erat. TANTE SUSI Kita akan mengurus pemakamannya besok pagi. Tante Susi meninggalkan Rina sendirian. Rina terisak di tempat tidurnya. Tiba-tiba, angin dingin berhembus dalam kamar. Rina mengangkat kepalanya dan melihat sosok Dimas berdiri di sudut kamar, memandangnya. RINA (ketakutan) Si-siapa kau? DIMAS (suara lembut) Kau sudah tahu siapa aku, Ratna. RINA (berdiri) Aku bukan Ratna! Namaku Rina! Dimas tersenyum sedih dan melangkah maju. Rina mundur hingga punggungnya menempel ke dinding. DIMAS Kau mungkin lupa, tapi aku tidak pernah lupa. Aku telah menunggumu selama 50 tahun. RINA (gemetar) Kau... kau tidak nyata. Kau hanya halusinasiku. Dimas mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Rina. Sentuhannya dingin tapi nyata. DIMAS Apakah ini terasa seperti halusinasi? Rina menepis tangan Dimas dan berlari keluar kamar. INT. RUMAH NENEK - LORONG - SORE Rina berlari di lorong, mencari Tante Susi atau siapapun. Rumah terasa anehnya sepi. Dia mendengar suara piano dari ruang musik. Tanpa sadar, kakinya membawanya ke arah ruang musik. INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - SORE Pintu ruang musik terbuka perlahan dengan sendirinya. Rina melangkah masuk, seperti dalam keadaan trance. Di dalam, Dimas duduk di piano, memainkan lagu yang sama yang Rina dengar malam sebelumnya. DIMAS (masih bermain) Ini lagu kita, Ratna. Lagu yang kuciptakan untukmu. Rina berdiri di ambang pintu, terpaku. RINA Aku bukan Ratna. Ratna sudah meninggal 50 tahun lalu. DIMAS (berhenti bermain) Dan aku dibunuh 50 tahun lalu. Tapi cinta kita tidak pernah mati. Dimas berdiri dan mendekati Rina. Entah mengapa, Rina tidak lari. DIMAS Aku tahu kau merasakannya juga. Ikatan di antara kita. Tanpa sadar, Rina memang merasakan sesuatu—sebuah perasaan familiar yang tidak bisa dijelaskan. RINA (berbisik) Apa yang kau inginkan dariku? DIMAS Aku ingin kau mengingatku. Mengingat kita. Dan kemudian... aku ingin kau bergabung denganku. Rina tersadar dan melangkah mundur. RINA Kau... kau ingin aku mati? DIMAS (tersenyum sedih) Aku ingin kita bersama, Ratna. Seperti yang kita janjikan dulu. Rina berbalik dan berlari keluar dari ruang musik. EXT. HALAMAN RUMAH NENEK - SORE Rina berlari keluar rumah. Langit mulai gelap. Dia melihat Tante Susi baru pulang dari pasar desa. RINA (panik) Tante! Kita harus pergi dari rumah ini! TANTE SUSI (bingung) Ada apa, Rina? Tenangkan dirimu. RINA Dia... Dimas... dia nyata! Dia mengejarku! Tante Susi menatap Rina dengan cemas. TANTE SUSI Rina, kau hanya terlalu lelah dan bersedih. Mari masuk ke dalam. RINA Tidak! Kau tidak mengerti! Dia ingin aku mati! Tante Susi memegang bahu Rina, berusaha menenangkannya. TANTE SUSI Rina, dengarkan aku. Tidak ada Dimas. Itu hanya cerita lama. Kisah tragis yang terjadi di keluarga kita. Tidak lebih. Rina menatap Tante Susi dengan tidak percaya. RINA Kau tahu tentang Dimas dan Ratna? TANTE SUSI (mengangguk) Semua orang di keluarga ini tahu. Tapi itu hanya cerita, Rina. Tidak nyata. Rina melihat ke arah jendela lantai dua. Sosok Dimas berdiri di sana, memandangnya. RINA (menunjuk jendela) Lalu siapa itu?! Tante Susi menoleh ke arah jendela. Tidak ada siapa-siapa di sana. TANTE SUSI (khawatir) Rina, tidak ada apa-apa di sana. Kau benar-benar perlu istirahat. Rina sadar bahwa hanya dia yang bisa melihat Dimas. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina mengunci pintu kamarnya. Dia mengeluarkan ponselnya, masih tidak ada sinyal. Dia merasa terjebak. Dengan cemas, Rina mulai mencari informasi tentang Dimas dan Ratna di barang-barang lama di kamarnya. Dia membuka lemari tua dan menemukan sebuah kotak kayu tersembunyi di bagian belakang. Di dalam kotak tersebut, terdapat beberapa surat lama dan sebuah buku harian dengan nama "Ratna" di sampulnya. Rina mulai membaca buku harian tersebut. MONTAGE - RINA MEMBACA BUKU HARIAN Rina membaca halaman demi halaman buku harian Ratna. Kita melihat potongan-potongan cerita tentang hubungan Ratna dan Dimas—bagaimana mereka bertemu diam-diam di ruang musik, bagaimana ayah Ratna menentang hubungan mereka, dan rencana mereka untuk melarikan diri bersama. Halaman terakhir buku harian bertuliskan: "Ayah telah membunuh Dimas. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Kami sudah berjanji untuk selalu bersama, dalam hidup maupun mati. Malam ini, aku akan bergabung dengannya. Semoga di kehidupan selanjutnya, kami diberikan kesempatan kedua." Rina menutup buku harian tersebut dengan tangan gemetar. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina duduk termenung di tempat tidurnya. Tiba-tiba, pintu kamarnya yang terkunci terbuka dengan sendirinya. Dimas berdiri di ambang pintu. DIMAS Kau sudah ingat sekarang? RINA (menggeleng) Aku bukan Ratna. Aku hanya keturunannya. DIMAS (mendekati Rina) Tapi jiwanya hidup dalam dirimu. Aku bisa merasakannya. RINA Apa yang sebenarnya kau inginkan? Dimas duduk di samping Rina. DIMAS Aku ingin menyelesaikan apa yang kita mulai 50 tahun lalu. Kau berjanji untuk bergabung denganku, tapi kau tidak pernah datang ke tempat kita berjanji untuk bertemu. RINA (bingung) Apa maksudmu? Bukankah Ratna bunuh diri? Dimas tersenyum sedih. DIMAS Dia mencoba, tapi dia gagal. Keluarganya menyelamatkannya tepat waktu. Dia hidup dalam kesedihan selama bertahun-tahun, kemudian menikah dengan pria pilihan ayahnya. Tapi dia tidak pernah bahagia. Dan aku... aku terjebak di sini, menunggunya kembali. Rina terperangah, informasi ini tidak ada dalam buku harian. RINA Bagaimana aku bisa percaya padamu? DIMAS Tanyakan pada Tante Susi. Dia tahu seluruh ceritanya. Dimas menghilang, meninggalkan Rina dalam kebingungan. INT. RUMAH NENEK - RUANG KELUARGA - PAGI Acara pemakaman nenek telah selesai. Para pelayat mulai meninggalkan rumah. Rina mencari Tante Susi dan menemukannya di ruang keluarga. RINA Tante, ada yang ingin kutanyakan. TANTE SUSI (lelah) Apa itu, Rina? RINA Tentang Ratna. Apakah benar dia selamat dari percobaan bunuh dirinya? Tante Susi tampak terkejut. TANTE SUSI Darimana kau tahu tentang itu? RINA Jadi itu benar? Tante Susi mengangguk perlahan. TANTE SUSI Ya. Ratna mencoba bunuh diri, tapi kakekmu—ayah dari nenekmu—menemukannya tepat waktu. Setelah itu, Ratna tidak pernah sama lagi. Dia menjadi pendiam dan sering berbicara sendiri. Keluarga memutuskan untuk menjodohkannya dengan pria kaya dari kota, berharap itu akan membuatnya melupakan Dimas. RINA Dan apakah itu berhasil? TANTE SUSI (sedih) Tidak. Ratna tetap hidup dalam bayang-bayang Dimas. Bahkan saat dia menikah dan memiliki anak, dia tidak pernah benar-benar bahagia. Dia selalu merasa bersalah karena tidak menepati janjinya pada Dimas. RINA Janji apa? TANTE SUSI Mereka berjanji untuk melarikan diri bersama malam itu, tepat saat ayah Ratna membunuh Dimas. Ratna seharusnya bertemu Dimas di ruang musik, tapi dia tidak pernah sampai ke sana karena ayahnya menguncinya di kamar. Rina mulai memahami semuanya. RINA Dan sekarang Dimas masih menunggunya di ruang musik. Tante Susi menatap Rina dengan khawatir. TANTE SUSI Rina, apakah kau... melihatnya? Rina terdiam sejenak, kemudian mengangguk. RINA Dia mengira aku adalah Ratna. TANTE SUSI (panik) Kau harus segera pergi dari rumah ini! Dimas bisa menjadi berbahaya. Selama bertahun-tahun, roh-nya telah dipenuhi kemarahan dan dendam. RINA Dia tidak terlihat marah. Dia hanya... sedih. TANTE SUSI (menggenggam tangan Rina) Rina, dengarkan aku. Setelah pemakaman nenekmu, kau kembalilah ke kota. Jangan pernah kembali ke rumah ini. Rina menatap bibinya, kemudian melihat ke arah ruang musik. Sosok Dimas berdiri di sana, mengawasi mereka. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina sedang membereskan barang-barangnya. Dia berencana untuk pergi keesokan paginya. Tiba-tiba, musik piano terdengar dari lantai bawah. Rina mencoba mengabaikannya, tapi musik itu semakin keras dan menggoda. Tanpa sadar, Rina keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah ruang musik. INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - MALAM Rina memasuki ruang musik. Dimas duduk di piano, memainkan lagu yang sama. Dia berhenti bermain saat melihat Rina. DIMAS Kau akan pergi besok? RINA (mengangguk) Ya. Aku harus kembali ke hidupku. DIMAS (sedih) Tanpaku, lagi? RINA Aku bukan Ratna. Aku punya kehidupanku sendiri, orang yang kucintai sendiri. Dimas berdiri dan mendekati Rina. DIMAS Tapi jiwa Ratna ada dalam dirimu. Aku bisa merasakannya setiap kali kau mendengar musikku. Setiap kali kau memasuki ruangan ini. Rina tidak bisa membantah bahwa dia memang merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. RINA (berusaha tegas) Mungkin ada bagian dari Ratna dalam diriku, tapi aku tetap Rina. Aku punya hidup dan cinta yang berbeda. DIMAS (mendekat, suaranya lembut) Tapi apakah kau benar-benar bahagia dengan hidupmu itu? Rina terdiam. Pertanyaan itu menohok tepat ke dalam keraguan terdalamnya. RINA (ragu) Tentu saja... DIMAS Aku bisa melihat kekosongan yang sama dalam matamu. Seperti Ratna dulu. Kau mencari sesuatu yang tidak bisa kau temukan di dunia luar sana. Dimas mengulurkan tangannya. DIMAS Aku bisa menunjukkanmu apa yang selama ini kau cari. Rina hampir menyambut tangan Dimas, tapi kemudian teringat foto Andra di dompetnya. Dia mundur selangkah. RINA Tidak. Ini tidak benar. Wajah Dimas berubah kecewa, kemudian perlahan berubah menjadi dingin dan marah. DIMAS (suara berubah lebih dalam) Kau selalu mengatakan itu. Sama seperti 50 tahun lalu. 'Ini tidak benar.' 'Kita tidak bisa bersama.' Aku muak mendengarnya! Tiba-tiba angin kencang bertiup dalam ruangan. Barang-barang mulai bergetar dan berjatuhan. RINA (ketakutan) Dimas, hentikan! DIMAS (marah) Kau sudah berjanji, Ratna! Kita berjanji untuk selalu bersama! Piano tiba-tiba dimainkan dengan keras dan kacau oleh tangan tak terlihat. Jendela-jendela terbuka dan tertutup dengan keras. Rina berlari ke arah pintu, tapi pintu tertutup dan terkunci dengan sendirinya. RINA (menggedor pintu) Tolong! Siapapun! Bantuan! Dimas muncul di belakang Rina, wajahnya berubah menjadi lebih pucat dan mengerikan. DIMAS (berbisik di telinga Rina) Tidak ada yang bisa mendengarmu. Hanya ada kita berdua sekarang. Rina berbalik menghadap Dimas. Alih-alih ketakutan, dia justru merasa marah. RINA (berani) Aku bukan Ratna! Berapa kali harus kukatakan? Ratna sudah tiada! Tiba-tiba, keadaan menjadi hening. Semua kekacauan berhenti. Dimas menatap Rina dengan tatapan terluka. DIMAS (lirih) Dia memilih untuk melupakanku. Dia memilih kehidupan yang lain. Padahal aku menunggunya... selama 50 tahun aku menunggunya kembali. Ekspresi Dimas berubah dari sedih menjadi marah lagi. DIMAS Dan kini, ketika dia kembali dalam dirimu, kau juga akan meninggalkanku! Dimas mengeluarkan pisau kuno dari balik jasnya. DIMAS Jika aku tidak bisa memilikimu dalam hidup... maka kita akan bersama dalam kematian. Rina mencari jalan keluar dengan panik. Matanya menangkap foto Ratna di atas piano. Tiba-tiba dia mendapat ide. RINA Tunggu! Aku... aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Dimas menghentikan langkahnya, masih memegang pisau. RINA Ratna memang tidak menepati janjinya dulu. Tapi bukan karena dia tidak mencintaimu. Rina berjalan perlahan ke arah piano dan mengambil foto Ratna. RINA Dia dikurung oleh ayahnya. Dia tidak bisa datang menemuimu malam itu. Dimas tampak ragu. DIMAS Bohong! Dia melupakanku! Dia menikah dengan pria lain! RINA Karena dia dipaksa! Tapi dia tidak pernah melupakanmu, Dimas. Rina membuka laci piano dan mengeluarkan buku harian Ratna yang tadi dia ambil dari kamarnya. RINA Lihat ini. Rina membuka halaman terakhir buku harian tersebut dan membacakannya. RINA "Bahkan setelah 30 tahun pernikahan, tidak ada hari tanpa memikirkan Dimas. Tidak ada malam tanpa memimpikannya. Aku hidup dalam tubuh yang hampa, karena jiwaku telah pergi bersamanya. Andai saja waktu bisa diputar kembali..." Dimas menurunkan pisaunya, wajahnya mulai melunak. DIMAS (ragu) Itu... tulisan Ratna? RINA (mengangguk) Dia tidak pernah berhenti mencintaimu, Dimas. Tapi dia terpaksa melanjutkan hidupnya. Dimas termenung, pisau di tangannya bergetar. DIMAS Tapi aku... aku sudah menunggu selama ini. Untuk apa? RINA (lembut) Untuk menemukan kedamaian. Bukan dendam. Rina memberanikan diri mendekati Dimas. RINA Ratna sudah tiada. Tapi cintanya padamu tidak pernah mati. Itulah yang kau rasakan dalam diriku. Bukan jiwanya yang kembali, tapi cintanya yang diwariskan melalui darahnya. Dimas menatap Rina lekat-lekat. Perlahan, sosoknya mulai berubah menjadi lebih tenang dan damai. DIMAS (tersenyum sedih) Kau memang bukan Ratna. Tapi kau membawa kedamaian seperti yang dia lakukan dulu. Pisau di tangan Dimas jatuh dan menghilang sebelum menyentuh lantai. RINA Kau perlu melepaskannya, Dimas. Dan melepaskan dirimu dari tempat ini. DIMAS Bagaimana aku bisa pergi tanpanya? Rina berpikir sejenak, kemudian duduk di piano. RINA Bermainlah bersamaku. Lagu kalian. Untuk terakhir kalinya. Dimas tampak ragu, tapi kemudian duduk di samping Rina. Perlahan, mereka mulai memainkan lagu cinta yang selama ini dimainkan Dimas. INT. RUMAH NENEK - LANTAI BAWAH - MALAM Tante Susi yang terbangun karena suara piano, berlari panik ke arah ruang musik. Bibi Minah mengikuti di belakangnya. TANTE SUSI (panik) Ya Tuhan, Rina! Tante Susi mencoba membuka pintu ruang musik, tapi tidak bisa. BIBI MINAH (ketakutan) Dia bersamanya sekarang! INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - MALAM Rina dan Dimas memainkan piano bersama. Lagu mereka semakin indah dan mengalun. Cahaya bulan masuk melalui jendela, menyinari keduanya. DIMAS (berbisik) Terima kasih... Saat musik mencapai puncaknya, sosok Dimas mulai bersinar terang. Rina terus bermain, air mata mengalir di pipinya. RINA Pergilah dengan damai, Dimas. Sosok Dimas perlahan memudar. Namun sebelum benar-benar menghilang, siluet seorang wanita muncul di ambang pintu—sosok transparan yang mirip dengan Rina namun dengan pakaian era 1970-an. DIMAS (terkejut) Ratna? Sosok Ratna tersenyum dan mengulurkan tangannya. Dimas menatap Rina sekali lagi, kemudian berdiri dan berjalan ke arah sosok Ratna. DIMAS (pada Rina) Terima kasih sudah membawanya kembali padaku. Dimas dan sosok Ratna bergandengan tangan, kemudian keduanya memudar dalam cahaya terang. Pintu ruang musik terbuka dengan sendirinya. Tante Susi dan Bibi Minah jatuh masuk ke dalam ruangan. TANTE SUSI (panik) Rina! Kau tidak apa-apa? Rina masih duduk di piano, menatap tempat dimana Dimas dan Ratna menghilang. Dia tersenyum melalui air matanya. RINA Mereka telah pergi. Bersama. EXT. HALAMAN RUMAH NENEK - PAGI Rina sedang memasukkan kopernya ke dalam taksi. Tante Susi berdiri di sampingnya. TANTE SUSI Kau yakin tidak ingin tinggal lebih lama? Rumah ini sekarang milikmu juga, sesuai wasiat nenek. RINA (tersenyum) Aku akan kembali, Tante. Tapi untuk sekarang, aku perlu memikirkan banyak hal. Rina memeluk Tante Susi. TANTE SUSI (berbisik) Apakah rumah ini... sudah aman sekarang? RINA (mengangguk) Mereka sudah menemukan kedamaian. Rina masuk ke dalam taksi. Saat taksi mulai bergerak, dia melihat ke arah jendela ruang musik. Untuk sesaat, dia seolah melihat Dimas dan Ratna berdiri di sana, tersenyum padanya. Rina tersenyum balik dan melambaikan tangan. INT. TAKSI - PAGI Rina mengambil ponselnya dan melihat foto Andra. Untuk pertama kalinya, dia ragu tentang hubungan mereka. Dia kemudian mengeluarkan buku harian Ratna dan membuka halaman terakhir. RINA (bergumam) "Cinta sejati tidak pernah mati. Ia hanya menunggu untuk ditemukan kembali." Rina memandang keluar jendela. Desa Karanganyar mulai tertinggal di belakang. Taksi melewati papan bertuliskan "SAMPAI JUMPA DI DESA KARANGANYAR". RINA (bergumam) Aku akan kembali. FADE OUT LAYAR HITAM Terdengar alunan piano yang lembut. FADE IN: INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - SATU TAHUN KEMUDIAN Rina sedang duduk di piano, memainkan lagu yang sama yang dimainkan Dimas. Ruangan telah direnovasi, lebih terang dan hidup. Rina tidak sendirian. BAYU (30), pria tampan dengan wajah ramah, duduk di sampingnya, mendengarkan dengan terpesona. BAYU (kagum) Lagu yang indah. Siapa yang menciptakannya? RINA (tersenyum) Seorang pria yang sangat mencintai. Dan seorang wanita yang akhirnya kembali padanya. Bayu memandang Rina dengan penasaran. Rina hanya tersenyum misterius dan terus bermain. Di ujung ruangan, dua sosok samar—Dimas dan Ratna—terlihat sekilas, tersenyum, kemudian menghilang dalam cahaya. RINA (bergumam) Terima kasih telah menunjukkan padaku arti cinta sejati. FADE OUT TAMAT
Réalisé par cheerful sunflower
Détails du contenu
Informations du média
Interaction avec les utilisateurs
À propos de cette œuvre par IA
Description
Invitation à créer
Engagement
cheerful sunflower

cheerful sunflower
DENDAM SANG PENUNGGU FADE IN: EXT. BUS ANTAR KOTA - SORE Sebuah bus melaju di jalan pegunungan yang berkelok. Pemandangan hijau nan asri terlihat dari jendela. RINA (28), wanita cantik dengan wajah lelah, memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. INT. BUS ANTAR KOTA - SORE Rina menggenggam ponselnya yang menampilkan pesan dari "TANTE SUSI". PESAN TANTE SUSI Rina, maaf mengganggu pekerjaanmu di kota. Tapi kondisi nenekmu semakin parah. Dia terus memanggil namamu. Bisakah kau pulang? Rina menghela napas, kemudian memandang keluar jendela lagi. Bus melewati sebuah papan bertuliskan "SELAMAT DATANG DI DESA KARANGANYAR". EXT. TERMINAL BUS DESA - SENJA Rina turun dari bus dengan satu koper besar. Sekeliling terminal tampak sepi. TANTE SUSI (50) sudah menunggu di dekat pintu keluar. TANTE SUSI (memeluk Rina) Syukurlah kau sudah datang. Nenekmu akan senang melihatmu. RINA (lelah) Bagaimana keadaannya sekarang? TANTE SUSI (wajah sedih) Semakin lemah. Dokter bilang waktunya sudah tidak lama lagi. Mereka berjalan ke arah mobil tua yang diparkir di luar terminal. RINA Sudah lima tahun aku tidak pulang. Apa banyak yang berubah? TANTE SUSI (tersenyum tipis) Desa tetap desa, Rina. Waktu seolah berjalan lebih lambat di sini. Saat mereka masuk ke dalam mobil, seorang LELAKI TUA yang duduk di bangku terminal memandang ke arah Rina dengan tatapan aneh. LELAKI TUA (bergumam) Ratna telah kembali... EXT. RUMAH NENEK - MALAM Mobil Tante Susi berhenti di depan rumah tua bergaya Jawa dengan halaman luas. Rumah tersebut besar namun terlihat suram dan tidak terawat di beberapa bagian. Rina dan Tante Susi berjalan masuk. Rina memandang rumah itu dengan campuran nostalgia dan keengganan. INT. RUMAH NENEK - RUANG TAMU - MALAM Interior rumah bergaya kuno dengan furniture kayu jati dan foto-foto lama terpajang di dinding. Rina meletakkan kopernya dan memandang sekeliling. RINA Tidak ada yang berubah. TANTE SUSI Nenekmu tidak mengizinkan siapapun mengubah apa pun di rumah ini. Rina berhenti di depan foto keluarga besar yang terpampang di dinding. Dia memperhatikan wajahnya yang masih kecil di foto tersebut. TANTE SUSI Nenekmu di kamar utama. Dia sedang tidur. Kau bisa menemuinya besok pagi. Istirahatlah dulu. RINA Baik, Tante. Terima kasih. TANTE SUSI Oh ya, kamarmu yang dulu sudah kusiapkan. Tapi... Tante Susi tampak ragu sejenak. RINA Tapi apa? TANTE SUSI (menggeleng) Tidak apa-apa. Hanya perasaanku saja. Selamat beristirahat. Tante Susi pergi ke dapur. Rina menatap wanita itu dengan bingung. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina masuk ke kamar lamanya. Kamar tersebut terlihat sama persis seperti saat dia tinggalkan lima tahun lalu. Poster-poster lama masih terpajang di dinding. Boneka-boneka tersusun rapi di rak. Rina meletakkan kopernya dan duduk di tepi tempat tidur. Dia mengeluarkan foto dari dompetnya—foto dirinya bersama ANDRA (30), pacarnya di kota. RINA (berbisik) Semoga hanya sebentar. Rina mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, namun tidak ada sinyal. Dia menghela napas frustrasi dan meletakkan ponselnya. Tiba-tiba, angin dingin berhembus masuk dari jendela yang tertutup. Rina bergidik. Dia merasa seperti ada yang mengawasinya. RINA (melihat sekeliling) Siapa di sana? Tidak ada jawaban. Rina menutup gorden jendela dan mulai membongkar kopernya. Tanpa disadarinya, bayangan seseorang terlihat samar di cermin lemari pakaian di belakangnya. Bayangan tersebut perlahan menghilang. INT. RUMAH NENEK - KAMAR NENEK - PAGI NENEK (85), terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya keriput namun tetap memancarkan kewibawaan. Rina duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangan neneknya. RINA (lembut) Nek, ini Rina. Aku sudah pulang. Mata nenek terbuka perlahan. Dia memandang Rina dengan tatapan sayu. NENEK (lemah) Rina... kau benar-benar datang. RINA (tersenyum) Tentu saja, Nek. Aku kangen Nenek. Nenek mencoba duduk, dibantu oleh Rina. NENEK Ada yang harus nenek katakan padamu. Tentang rumah ini. Tentang... Nenek terbatuk keras. Rina cepat-cepat mengambilkan segelas air dari meja samping. RINA Jangan bicara dulu, Nek. Nenek harus istirahat. NENEK (mencengkeram tangan Rina) Dengarkan Nenek. Kau harus berhati-hati. Dia... dia sudah menunggumu. RINA (bingung) Siapa, Nek? NENEK (berbisik) Dimas... dia tidak pernah pergi dari rumah ini. Wajah Rina menunjukkan kebingungan. RINA Dimas? Siapa dia? Sebelum nenek sempat menjawab, pintu kamar terbuka. Tante Susi masuk membawa nampan berisi obat-obatan. TANTE SUSI Sudah waktunya minum obat, Bu. Nenek melepaskan tangan Rina dengan enggan. NENEK (berbisik pada Rina) Jangan percaya apa yang kau lihat di rumah ini. Tidak semuanya nyata. Rina hanya bisa menatap neneknya dengan bingung. EXT. KEBUN BELAKANG RUMAH - SIANG Rina duduk di kursi tua di bawah pohon rindang, membaca buku. Tiba-tiba, suara ranting patah membuatnya menoleh. Di kejauhan, Rina melihat sosok DIMAS (30), pria tampan dengan pakaian kuno gaya 1970-an, sedang berdiri memandangnya. Wajahnya tampan namun pucat. Rina mengucek matanya. Ketika dia memandang lagi, sosok itu sudah menghilang. RINA (pada diri sendiri) Aku mulai berhalusinasi. BIBI MINAH (60), pembantu rumah tangga, mendekati Rina dengan secangkir teh. BIBI MINAH Tehnya, Nona Rina. RINA (tersenyum) Terima kasih, Bi. Rina menerima teh tersebut. Bibi Minah memandang ke arah tempat Dimas tadi berdiri. BIBI MINAH (berbisik) Nona melihat sesuatu? RINA Tidak, Bi. Hanya... sepertinya aku melihat seseorang berdiri di sana tadi. Wajah Bibi Minah berubah pucat. BIBI MINAH (ketakutan) Nona sebaiknya tidak berlama-lama di luar. Apalagi saat menjelang senja. RINA (penasaran) Kenapa, Bi? BIBI MINAH (melihat sekeliling) Rumah ini... punya penunggu, Nona. RINA (tersenyum tidak percaya) Bibi percaya hantu? BIBI MINAH (serius) Bukan sembarang hantu, Nona. Dia menunggu seseorang. Dan kabarnya... dia sudah menunggu sangat lama. Bibi Minah kemudian pergi dengan terburu-buru. Rina menatap kepergiannya dengan bingung, kemudian memandang ke arah tempat dia melihat sosok tadi. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina berbaring di tempat tidurnya, mencoba tidur. Hujan turun dengan deras di luar, sesekali kilat menyambar, menerangi kamar sekilas. Rina membolak-balik badannya, tidak bisa tidur. Tiba-tiba, dia mendengar suara piano dari lantai bawah. Melody yang indah namun menyedihkan. Rina duduk. Dia yakin semua orang sudah tidur. RINA (berbisik) Siapa yang main piano malam-malam begini? Rina turun dari tempat tidur, mengambil senter kecil dari tasnya, dan keluar kamar. INT. RUMAH NENEK - TANGGA - MALAM Rina menuruni tangga perlahan. Suara piano semakin jelas. Melody itu terdengar seperti lagu cinta lama yang menyayat hati. Cahaya redup terlihat dari ruang musik. INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - MALAM Rina mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Piano tua di tengah ruangan bergerak sendiri, tutsnya ditekan oleh tangan tidak terlihat. Rina membuka pintu lebih lebar untuk melihat dengan jelas. Saat dia masuk ke ruangan, musik berhenti tiba-tiba. RINA (ketakutan) Siapa di sana? Tidak ada jawaban. Piano tersebut kini diam. Rina mendekati piano dengan ragu-ragu. Di atas piano, terdapat sebuah foto lama dalam bingkai perak. Foto seorang wanita muda yang wajahnya sangat mirip dengan Rina. Rina mengambil foto tersebut, terkejut dengan kemiripannya. Di belakang foto tertulis "Ratna, 1975". SUARA DIMAS (berbisik) Ratna... Rina terlonjak kaget dan menjatuhkan foto tersebut. Bingkai foto pecah di lantai. Saat Rina membungkuk untuk mengambil foto tersebut, dia melihat bayangan seseorang berdiri di belakangnya melalui pantulan pecahan kaca. Dia berbalik dengan cepat, tapi ruangan kosong. Rina berlari keluar dari ruang musik dengan ketakutan. INT. RUMAH NENEK - KAMAR NENEK - PAGI Nenek terbaring lemah. Kondisinya tampak semakin memburuk. Rina duduk di sampingnya, memegang tangan nenek. RINA Nek, siapa Ratna? Nenek membuka matanya perlahan, tampak terkejut. NENEK (lemah) Bagaimana kau tahu tentang Ratna? RINA Aku menemukan fotonya di piano. Dia sangat mirip denganku. Nenek menggenggam tangan Rina lebih erat. NENEK Ratna adalah adik nenek, bibi buyutmu. Dia... meninggal muda. RINA Bagaimana dia meninggal? Nenek memejamkan mata, seolah mengingat kenangan yang menyakitkan. NENEK Dia bunuh diri. Setelah kekasihnya dibunuh oleh ayah kami. RINA (terkejut) Dibunuh? Kenapa? NENEK Kekasihnya... Dimas... berasal dari keluarga miskin. Ayah kami tidak menyetujui hubungan mereka. Tapi mereka tetap diam-diam bertemu di ruang musik. Rina mulai menghubungkan potongan-potongan informasi. RINA Apakah... Dimas adalah "penunggu" yang dimaksud Bibi Minah? Nenek mengangguk lemah. NENEK Dimas tidak pernah meninggalkan rumah ini. Dia masih mencari Ratna. Dan kini... dia menemukanmu. Rina merasa seluruh tubuhnya dingin. RINA Tapi aku bukan Ratna! NENEK Kau sangat mirip dengannya. Dan darah Ratna mengalir dalam dirimu. Dimas telah menunggu lebih dari 50 tahun. Dia tidak akan membiarkanmu pergi dengan mudah. Sebelum Rina sempat bertanya lebih jauh, nenek terbatuk keras. Darah keluar dari mulutnya. RINA (panik) Nenek! Tante Susi dan Bibi Minah bergegas masuk ke kamar. Mereka berusaha membantu nenek. TANTE SUSI (pada Rina) Panggilkan dokter! Cepat! Rina berlari keluar kamar untuk mencari telepon. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - SORE Rina duduk di tepi tempat tidur, wajahnya penuh kesedihan. Tante Susi masuk ke kamar. TANTE SUSI (sedih) Nenekmu... sudah pergi dengan tenang. Rina menangis. Tante Susi memeluknya erat. TANTE SUSI Kita akan mengurus pemakamannya besok pagi. Tante Susi meninggalkan Rina sendirian. Rina terisak di tempat tidurnya. Tiba-tiba, angin dingin berhembus dalam kamar. Rina mengangkat kepalanya dan melihat sosok Dimas berdiri di sudut kamar, memandangnya. RINA (ketakutan) Si-siapa kau? DIMAS (suara lembut) Kau sudah tahu siapa aku, Ratna. RINA (berdiri) Aku bukan Ratna! Namaku Rina! Dimas tersenyum sedih dan melangkah maju. Rina mundur hingga punggungnya menempel ke dinding. DIMAS Kau mungkin lupa, tapi aku tidak pernah lupa. Aku telah menunggumu selama 50 tahun. RINA (gemetar) Kau... kau tidak nyata. Kau hanya halusinasiku. Dimas mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Rina. Sentuhannya dingin tapi nyata. DIMAS Apakah ini terasa seperti halusinasi? Rina menepis tangan Dimas dan berlari keluar kamar. INT. RUMAH NENEK - LORONG - SORE Rina berlari di lorong, mencari Tante Susi atau siapapun. Rumah terasa anehnya sepi. Dia mendengar suara piano dari ruang musik. Tanpa sadar, kakinya membawanya ke arah ruang musik. INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - SORE Pintu ruang musik terbuka perlahan dengan sendirinya. Rina melangkah masuk, seperti dalam keadaan trance. Di dalam, Dimas duduk di piano, memainkan lagu yang sama yang Rina dengar malam sebelumnya. DIMAS (masih bermain) Ini lagu kita, Ratna. Lagu yang kuciptakan untukmu. Rina berdiri di ambang pintu, terpaku. RINA Aku bukan Ratna. Ratna sudah meninggal 50 tahun lalu. DIMAS (berhenti bermain) Dan aku dibunuh 50 tahun lalu. Tapi cinta kita tidak pernah mati. Dimas berdiri dan mendekati Rina. Entah mengapa, Rina tidak lari. DIMAS Aku tahu kau merasakannya juga. Ikatan di antara kita. Tanpa sadar, Rina memang merasakan sesuatu—sebuah perasaan familiar yang tidak bisa dijelaskan. RINA (berbisik) Apa yang kau inginkan dariku? DIMAS Aku ingin kau mengingatku. Mengingat kita. Dan kemudian... aku ingin kau bergabung denganku. Rina tersadar dan melangkah mundur. RINA Kau... kau ingin aku mati? DIMAS (tersenyum sedih) Aku ingin kita bersama, Ratna. Seperti yang kita janjikan dulu. Rina berbalik dan berlari keluar dari ruang musik. EXT. HALAMAN RUMAH NENEK - SORE Rina berlari keluar rumah. Langit mulai gelap. Dia melihat Tante Susi baru pulang dari pasar desa. RINA (panik) Tante! Kita harus pergi dari rumah ini! TANTE SUSI (bingung) Ada apa, Rina? Tenangkan dirimu. RINA Dia... Dimas... dia nyata! Dia mengejarku! Tante Susi menatap Rina dengan cemas. TANTE SUSI Rina, kau hanya terlalu lelah dan bersedih. Mari masuk ke dalam. RINA Tidak! Kau tidak mengerti! Dia ingin aku mati! Tante Susi memegang bahu Rina, berusaha menenangkannya. TANTE SUSI Rina, dengarkan aku. Tidak ada Dimas. Itu hanya cerita lama. Kisah tragis yang terjadi di keluarga kita. Tidak lebih. Rina menatap Tante Susi dengan tidak percaya. RINA Kau tahu tentang Dimas dan Ratna? TANTE SUSI (mengangguk) Semua orang di keluarga ini tahu. Tapi itu hanya cerita, Rina. Tidak nyata. Rina melihat ke arah jendela lantai dua. Sosok Dimas berdiri di sana, memandangnya. RINA (menunjuk jendela) Lalu siapa itu?! Tante Susi menoleh ke arah jendela. Tidak ada siapa-siapa di sana. TANTE SUSI (khawatir) Rina, tidak ada apa-apa di sana. Kau benar-benar perlu istirahat. Rina sadar bahwa hanya dia yang bisa melihat Dimas. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina mengunci pintu kamarnya. Dia mengeluarkan ponselnya, masih tidak ada sinyal. Dia merasa terjebak. Dengan cemas, Rina mulai mencari informasi tentang Dimas dan Ratna di barang-barang lama di kamarnya. Dia membuka lemari tua dan menemukan sebuah kotak kayu tersembunyi di bagian belakang. Di dalam kotak tersebut, terdapat beberapa surat lama dan sebuah buku harian dengan nama "Ratna" di sampulnya. Rina mulai membaca buku harian tersebut. MONTAGE - RINA MEMBACA BUKU HARIAN Rina membaca halaman demi halaman buku harian Ratna. Kita melihat potongan-potongan cerita tentang hubungan Ratna dan Dimas—bagaimana mereka bertemu diam-diam di ruang musik, bagaimana ayah Ratna menentang hubungan mereka, dan rencana mereka untuk melarikan diri bersama. Halaman terakhir buku harian bertuliskan: "Ayah telah membunuh Dimas. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Kami sudah berjanji untuk selalu bersama, dalam hidup maupun mati. Malam ini, aku akan bergabung dengannya. Semoga di kehidupan selanjutnya, kami diberikan kesempatan kedua." Rina menutup buku harian tersebut dengan tangan gemetar. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina duduk termenung di tempat tidurnya. Tiba-tiba, pintu kamarnya yang terkunci terbuka dengan sendirinya. Dimas berdiri di ambang pintu. DIMAS Kau sudah ingat sekarang? RINA (menggeleng) Aku bukan Ratna. Aku hanya keturunannya. DIMAS (mendekati Rina) Tapi jiwanya hidup dalam dirimu. Aku bisa merasakannya. RINA Apa yang sebenarnya kau inginkan? Dimas duduk di samping Rina. DIMAS Aku ingin menyelesaikan apa yang kita mulai 50 tahun lalu. Kau berjanji untuk bergabung denganku, tapi kau tidak pernah datang ke tempat kita berjanji untuk bertemu. RINA (bingung) Apa maksudmu? Bukankah Ratna bunuh diri? Dimas tersenyum sedih. DIMAS Dia mencoba, tapi dia gagal. Keluarganya menyelamatkannya tepat waktu. Dia hidup dalam kesedihan selama bertahun-tahun, kemudian menikah dengan pria pilihan ayahnya. Tapi dia tidak pernah bahagia. Dan aku... aku terjebak di sini, menunggunya kembali. Rina terperangah, informasi ini tidak ada dalam buku harian. RINA Bagaimana aku bisa percaya padamu? DIMAS Tanyakan pada Tante Susi. Dia tahu seluruh ceritanya. Dimas menghilang, meninggalkan Rina dalam kebingungan. INT. RUMAH NENEK - RUANG KELUARGA - PAGI Acara pemakaman nenek telah selesai. Para pelayat mulai meninggalkan rumah. Rina mencari Tante Susi dan menemukannya di ruang keluarga. RINA Tante, ada yang ingin kutanyakan. TANTE SUSI (lelah) Apa itu, Rina? RINA Tentang Ratna. Apakah benar dia selamat dari percobaan bunuh dirinya? Tante Susi tampak terkejut. TANTE SUSI Darimana kau tahu tentang itu? RINA Jadi itu benar? Tante Susi mengangguk perlahan. TANTE SUSI Ya. Ratna mencoba bunuh diri, tapi kakekmu—ayah dari nenekmu—menemukannya tepat waktu. Setelah itu, Ratna tidak pernah sama lagi. Dia menjadi pendiam dan sering berbicara sendiri. Keluarga memutuskan untuk menjodohkannya dengan pria kaya dari kota, berharap itu akan membuatnya melupakan Dimas. RINA Dan apakah itu berhasil? TANTE SUSI (sedih) Tidak. Ratna tetap hidup dalam bayang-bayang Dimas. Bahkan saat dia menikah dan memiliki anak, dia tidak pernah benar-benar bahagia. Dia selalu merasa bersalah karena tidak menepati janjinya pada Dimas. RINA Janji apa? TANTE SUSI Mereka berjanji untuk melarikan diri bersama malam itu, tepat saat ayah Ratna membunuh Dimas. Ratna seharusnya bertemu Dimas di ruang musik, tapi dia tidak pernah sampai ke sana karena ayahnya menguncinya di kamar. Rina mulai memahami semuanya. RINA Dan sekarang Dimas masih menunggunya di ruang musik. Tante Susi menatap Rina dengan khawatir. TANTE SUSI Rina, apakah kau... melihatnya? Rina terdiam sejenak, kemudian mengangguk. RINA Dia mengira aku adalah Ratna. TANTE SUSI (panik) Kau harus segera pergi dari rumah ini! Dimas bisa menjadi berbahaya. Selama bertahun-tahun, roh-nya telah dipenuhi kemarahan dan dendam. RINA Dia tidak terlihat marah. Dia hanya... sedih. TANTE SUSI (menggenggam tangan Rina) Rina, dengarkan aku. Setelah pemakaman nenekmu, kau kembalilah ke kota. Jangan pernah kembali ke rumah ini. Rina menatap bibinya, kemudian melihat ke arah ruang musik. Sosok Dimas berdiri di sana, mengawasi mereka. INT. RUMAH NENEK - KAMAR RINA - MALAM Rina sedang membereskan barang-barangnya. Dia berencana untuk pergi keesokan paginya. Tiba-tiba, musik piano terdengar dari lantai bawah. Rina mencoba mengabaikannya, tapi musik itu semakin keras dan menggoda. Tanpa sadar, Rina keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah ruang musik. INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - MALAM Rina memasuki ruang musik. Dimas duduk di piano, memainkan lagu yang sama. Dia berhenti bermain saat melihat Rina. DIMAS Kau akan pergi besok? RINA (mengangguk) Ya. Aku harus kembali ke hidupku. DIMAS (sedih) Tanpaku, lagi? RINA Aku bukan Ratna. Aku punya kehidupanku sendiri, orang yang kucintai sendiri. Dimas berdiri dan mendekati Rina. DIMAS Tapi jiwa Ratna ada dalam dirimu. Aku bisa merasakannya setiap kali kau mendengar musikku. Setiap kali kau memasuki ruangan ini. Rina tidak bisa membantah bahwa dia memang merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. RINA (berusaha tegas) Mungkin ada bagian dari Ratna dalam diriku, tapi aku tetap Rina. Aku punya hidup dan cinta yang berbeda. DIMAS (mendekat, suaranya lembut) Tapi apakah kau benar-benar bahagia dengan hidupmu itu? Rina terdiam. Pertanyaan itu menohok tepat ke dalam keraguan terdalamnya. RINA (ragu) Tentu saja... DIMAS Aku bisa melihat kekosongan yang sama dalam matamu. Seperti Ratna dulu. Kau mencari sesuatu yang tidak bisa kau temukan di dunia luar sana. Dimas mengulurkan tangannya. DIMAS Aku bisa menunjukkanmu apa yang selama ini kau cari. Rina hampir menyambut tangan Dimas, tapi kemudian teringat foto Andra di dompetnya. Dia mundur selangkah. RINA Tidak. Ini tidak benar. Wajah Dimas berubah kecewa, kemudian perlahan berubah menjadi dingin dan marah. DIMAS (suara berubah lebih dalam) Kau selalu mengatakan itu. Sama seperti 50 tahun lalu. 'Ini tidak benar.' 'Kita tidak bisa bersama.' Aku muak mendengarnya! Tiba-tiba angin kencang bertiup dalam ruangan. Barang-barang mulai bergetar dan berjatuhan. RINA (ketakutan) Dimas, hentikan! DIMAS (marah) Kau sudah berjanji, Ratna! Kita berjanji untuk selalu bersama! Piano tiba-tiba dimainkan dengan keras dan kacau oleh tangan tak terlihat. Jendela-jendela terbuka dan tertutup dengan keras. Rina berlari ke arah pintu, tapi pintu tertutup dan terkunci dengan sendirinya. RINA (menggedor pintu) Tolong! Siapapun! Bantuan! Dimas muncul di belakang Rina, wajahnya berubah menjadi lebih pucat dan mengerikan. DIMAS (berbisik di telinga Rina) Tidak ada yang bisa mendengarmu. Hanya ada kita berdua sekarang. Rina berbalik menghadap Dimas. Alih-alih ketakutan, dia justru merasa marah. RINA (berani) Aku bukan Ratna! Berapa kali harus kukatakan? Ratna sudah tiada! Tiba-tiba, keadaan menjadi hening. Semua kekacauan berhenti. Dimas menatap Rina dengan tatapan terluka. DIMAS (lirih) Dia memilih untuk melupakanku. Dia memilih kehidupan yang lain. Padahal aku menunggunya... selama 50 tahun aku menunggunya kembali. Ekspresi Dimas berubah dari sedih menjadi marah lagi. DIMAS Dan kini, ketika dia kembali dalam dirimu, kau juga akan meninggalkanku! Dimas mengeluarkan pisau kuno dari balik jasnya. DIMAS Jika aku tidak bisa memilikimu dalam hidup... maka kita akan bersama dalam kematian. Rina mencari jalan keluar dengan panik. Matanya menangkap foto Ratna di atas piano. Tiba-tiba dia mendapat ide. RINA Tunggu! Aku... aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Dimas menghentikan langkahnya, masih memegang pisau. RINA Ratna memang tidak menepati janjinya dulu. Tapi bukan karena dia tidak mencintaimu. Rina berjalan perlahan ke arah piano dan mengambil foto Ratna. RINA Dia dikurung oleh ayahnya. Dia tidak bisa datang menemuimu malam itu. Dimas tampak ragu. DIMAS Bohong! Dia melupakanku! Dia menikah dengan pria lain! RINA Karena dia dipaksa! Tapi dia tidak pernah melupakanmu, Dimas. Rina membuka laci piano dan mengeluarkan buku harian Ratna yang tadi dia ambil dari kamarnya. RINA Lihat ini. Rina membuka halaman terakhir buku harian tersebut dan membacakannya. RINA "Bahkan setelah 30 tahun pernikahan, tidak ada hari tanpa memikirkan Dimas. Tidak ada malam tanpa memimpikannya. Aku hidup dalam tubuh yang hampa, karena jiwaku telah pergi bersamanya. Andai saja waktu bisa diputar kembali..." Dimas menurunkan pisaunya, wajahnya mulai melunak. DIMAS (ragu) Itu... tulisan Ratna? RINA (mengangguk) Dia tidak pernah berhenti mencintaimu, Dimas. Tapi dia terpaksa melanjutkan hidupnya. Dimas termenung, pisau di tangannya bergetar. DIMAS Tapi aku... aku sudah menunggu selama ini. Untuk apa? RINA (lembut) Untuk menemukan kedamaian. Bukan dendam. Rina memberanikan diri mendekati Dimas. RINA Ratna sudah tiada. Tapi cintanya padamu tidak pernah mati. Itulah yang kau rasakan dalam diriku. Bukan jiwanya yang kembali, tapi cintanya yang diwariskan melalui darahnya. Dimas menatap Rina lekat-lekat. Perlahan, sosoknya mulai berubah menjadi lebih tenang dan damai. DIMAS (tersenyum sedih) Kau memang bukan Ratna. Tapi kau membawa kedamaian seperti yang dia lakukan dulu. Pisau di tangan Dimas jatuh dan menghilang sebelum menyentuh lantai. RINA Kau perlu melepaskannya, Dimas. Dan melepaskan dirimu dari tempat ini. DIMAS Bagaimana aku bisa pergi tanpanya? Rina berpikir sejenak, kemudian duduk di piano. RINA Bermainlah bersamaku. Lagu kalian. Untuk terakhir kalinya. Dimas tampak ragu, tapi kemudian duduk di samping Rina. Perlahan, mereka mulai memainkan lagu cinta yang selama ini dimainkan Dimas. INT. RUMAH NENEK - LANTAI BAWAH - MALAM Tante Susi yang terbangun karena suara piano, berlari panik ke arah ruang musik. Bibi Minah mengikuti di belakangnya. TANTE SUSI (panik) Ya Tuhan, Rina! Tante Susi mencoba membuka pintu ruang musik, tapi tidak bisa. BIBI MINAH (ketakutan) Dia bersamanya sekarang! INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - MALAM Rina dan Dimas memainkan piano bersama. Lagu mereka semakin indah dan mengalun. Cahaya bulan masuk melalui jendela, menyinari keduanya. DIMAS (berbisik) Terima kasih... Saat musik mencapai puncaknya, sosok Dimas mulai bersinar terang. Rina terus bermain, air mata mengalir di pipinya. RINA Pergilah dengan damai, Dimas. Sosok Dimas perlahan memudar. Namun sebelum benar-benar menghilang, siluet seorang wanita muncul di ambang pintu—sosok transparan yang mirip dengan Rina namun dengan pakaian era 1970-an. DIMAS (terkejut) Ratna? Sosok Ratna tersenyum dan mengulurkan tangannya. Dimas menatap Rina sekali lagi, kemudian berdiri dan berjalan ke arah sosok Ratna. DIMAS (pada Rina) Terima kasih sudah membawanya kembali padaku. Dimas dan sosok Ratna bergandengan tangan, kemudian keduanya memudar dalam cahaya terang. Pintu ruang musik terbuka dengan sendirinya. Tante Susi dan Bibi Minah jatuh masuk ke dalam ruangan. TANTE SUSI (panik) Rina! Kau tidak apa-apa? Rina masih duduk di piano, menatap tempat dimana Dimas dan Ratna menghilang. Dia tersenyum melalui air matanya. RINA Mereka telah pergi. Bersama. EXT. HALAMAN RUMAH NENEK - PAGI Rina sedang memasukkan kopernya ke dalam taksi. Tante Susi berdiri di sampingnya. TANTE SUSI Kau yakin tidak ingin tinggal lebih lama? Rumah ini sekarang milikmu juga, sesuai wasiat nenek. RINA (tersenyum) Aku akan kembali, Tante. Tapi untuk sekarang, aku perlu memikirkan banyak hal. Rina memeluk Tante Susi. TANTE SUSI (berbisik) Apakah rumah ini... sudah aman sekarang? RINA (mengangguk) Mereka sudah menemukan kedamaian. Rina masuk ke dalam taksi. Saat taksi mulai bergerak, dia melihat ke arah jendela ruang musik. Untuk sesaat, dia seolah melihat Dimas dan Ratna berdiri di sana, tersenyum padanya. Rina tersenyum balik dan melambaikan tangan. INT. TAKSI - PAGI Rina mengambil ponselnya dan melihat foto Andra. Untuk pertama kalinya, dia ragu tentang hubungan mereka. Dia kemudian mengeluarkan buku harian Ratna dan membuka halaman terakhir. RINA (bergumam) "Cinta sejati tidak pernah mati. Ia hanya menunggu untuk ditemukan kembali." Rina memandang keluar jendela. Desa Karanganyar mulai tertinggal di belakang. Taksi melewati papan bertuliskan "SAMPAI JUMPA DI DESA KARANGANYAR". RINA (bergumam) Aku akan kembali. FADE OUT LAYAR HITAM Terdengar alunan piano yang lembut. FADE IN: INT. RUMAH NENEK - RUANG MUSIK - SATU TAHUN KEMUDIAN Rina sedang duduk di piano, memainkan lagu yang sama yang dimainkan Dimas. Ruangan telah direnovasi, lebih terang dan hidup. Rina tidak sendirian. BAYU (30), pria tampan dengan wajah ramah, duduk di sampingnya, mendengarkan dengan terpesona. BAYU (kagum) Lagu yang indah. Siapa yang menciptakannya? RINA (tersenyum) Seorang pria yang sangat mencintai. Dan seorang wanita yang akhirnya kembali padanya. Bayu memandang Rina dengan penasaran. Rina hanya tersenyum misterius dan terus bermain. Di ujung ruangan, dua sosok samar—Dimas dan Ratna—terlihat sekilas, tersenyum, kemudian menghilang dalam cahaya. RINA (bergumam) Terima kasih telah menunjukkan padaku arti cinta sejati. FADE OUT TAMAT
8 months ago