Nghệ thuật AI: *#Dua hati melawan keras nya dunia#* ### Bab 0 – Takdir di Bangku Sebelah Tokyo, musim semi. Sakura bermekaran di halaman sekolah. Hiroshi Fujikawa, siswa SMA biasa yang hidup dalam keluarga sederhana, tidak pernah menyangka bahwa hari itu hidupnya akan berubah. Seorang murid pindahan dari China diperkenalkan di depan kelas—**Zhang Yue**. Senyum imut, wajah bersih, sorot mata yang penuh rasa malu. Seketika kelas riuh, semua terpikat. Namun, entah mengapa, bangku kosong di samping Hiroshi justru menjadi tempat duduknya. Bagi Hiroshi, hal itu tidak berarti apa-apa. Ia hanya menatap lurus ke depan. Tapi beberapa minggu kemudian, Zhang Yue memberanikan diri menyapa—dengan bahasa Jepang yang patah-patah, dicampur Mandarin, penuh kepanikan. Dan Hiroshi? Ia tak bisa menahan senyum kecilnya. “Kalau gitu, kita bicara campur saja. Nggak apa-apa.” Itu awal segalanya. --- ### Bab 1 – Di Balik Kepopuleran Zhang Yue semakin populer. Pintar, sopan, imut. Ia memenangkan lomba akademik, juara olahraga, bahkan selalu ranking pertama. Semua orang mengincarnya. Namun, di balik senyum itu, Hiroshi melihat sesuatu: rasa takut, rasa tertekan, rasa asing di negeri orang. Hari itu di perpustakaan, Zhang Yue duduk sendirian di pojok. Hiroshi menghampiri. “Kamu nggak capek dikejar semua orang?” tanya Hiroshi. Zhang Yue tersenyum kaku. “Aku… lebih suka begini.” Beberapa hari kemudian, Zhang Yue mengajaknya ke rooftop. Saat matahari tenggelam, suara lirih keluar dari bibirnya. “Aku… sebenarnya takut. Aku tidak punya teman dekat. Semua orang mendekatiku karena sesuatu yang bukan aku. Tapi kamu, Hiroshi… kamu berbeda.” Air matanya jatuh. Hiroshi refleks meraih bahunya, memeluknya. Zhang Yue terkejut, buru-buru melepaskan diri, lalu minta maaf dan pergi. Namun, setelah hari itu—dia mulai sering menggenggam tangan Hiroshi saat panik. Mulai berlindung di belakangnya saat ramai. Dan setiap detak jantung Hiroshi makin tak terkendali. --- ### Bab 2 – Luka yang Tersembunyi Musim panas. Suatu sore, Hiroshi melihat Zhang Yue datang ke sekolah dengan wajah penuh luka. Tangannya bergetar, matanya merah. Hiroshi mengikutinya hingga ke toilet, dan menemukan Zhang Yue menangis. “Pergi… jangan lihat aku!” bentak Zhang Yue, berusaha menutup diri. Tapi Hiroshi tak bisa diam. Ia mendobrak masuk, menggendongnya, membawanya ke UKS, lalu melapor ke guru BK. Akhirnya terungkap—Zhang Yue dilecehkan oleh kakak kelas yang terkenal nakal dan kejam. Hiroshi tak terima. Malam itu, ia menantang pelaku di rooftop. Tanpa ragu, ia menghajarnya habis-habisan. Akibatnya Hiroshi diskors. Namun pelaku dikeluarkan dan dipenjara. Beberapa hari kemudian, Hiroshi mendapat sebuah paket kecil. Isinya makanan, dan surat pendek: > “Terima kasih… Maaf… Aku tidak tahu bagaimana membalasmu.” > —Zhang Yue Untuk pertama kali, Hiroshi tersenyum hangat membaca tulisan itu. --- ### Bab 3 – Surat yang Mengikat Hati Hari-hari skors itu justru penuh kejutan. Paket demi paket datang. Surat demi surat—tulisan tangan Zhang Yue, sederhana, namun penuh ketulusan. Hiroshi membaca setiap kata dengan hati berdebar. “Kenapa… dia begitu tulus? Kenapa aku merasa selalu memikirkan dia?” Saat skors berakhir, Hiroshi kembali ke sekolah. Zhang Yue menunduk dalam-dalam di depannya, lalu berkata dengan suara gemetar: “Aku… tidak tahu harus bagaimana, tapi aku ingin tetap di sampingmu.” Malam itu, di rooftop, Hiroshi membawa bunga, cokelat, dan sebuah cincin kecil. “Zhang Yue… waktu itu aku menolakmu. Tapi sekarang, aku sadar. Suratmu, kebaikanmu, semuanya… sudah memenuhi hatiku. Aku mencintaimu. Mau kah kau menjadi pasangan hidupku?” Zhang Yue menutup mulutnya, air matanya mengalir. Ia hanya bisa mengangguk, lalu memeluk Hiroshi erat. --- ### Bab 4 – Dua Keluarga, Satu Restu Hari itu datang—Hiroshi diajak ke rumah Zhang Yue. Rumah besar, megah, penuh wibawa. Jantung Hiroshi berdegup kencang. Namun, semua keluarga Zhang menyambutnya hangat. Ayah, papa, kakak, adik—semuanya menerima dengan tangan terbuka. Meski kakak Zhang Yue sempat marah, khawatir adiknya disakiti, namun akhirnya luluh melihat kesungguhan Hiroshi. Dan di depan semua keluarga Zhang, Hiroshi berlutut, mengucapkan janji: “Aku tidak punya apa-apa sekarang. Tapi aku berjanji, setelah aku sukses, aku akan menikahinya, membahagiakannya, dan menjaganya seumur hidupku.” --- ### Bab 5 – Janji di Hari Kelulusan Waktu berjalan. Mereka lulus SMA bersama. Di tengah tawa, tangis, dan perpisahan, Hiroshi menarik Zhang Yue, lalu menciumnya di tengah keramaian. Semua orang terkejut—tapi itu tanda janji yang tak akan pernah luntur. Hari itu, Zhang Yue juga berkunjung ke rumah Hiroshi. Keluarga sederhana, hangat, dan penuh cinta. Meski rumahnya kecil, Zhang Yue tersenyum. “Rumah ini hangat… lebih berharga dari istana mana pun.” Malamnya, di kamar kecil, mereka berbicara banyak. Tawa, pelukan, dan akhirnya cinta pertama mereka terukir dalam ingatan. --- ### Epilog – Janji Lima Tahun Pagi berikutnya, Hiroshi harus pergi merantau ke Tokyo. Sebelum berpisah, ia mencium Zhang Yue sekali lagi. “Tunggu aku. Lima tahun lagi… aku akan kembali sebagai lelaki yang pantas untukmu.” Dan Zhang Yue tersenyum sambil berbisik: “Aku akan menunggu. Selamanya.” --- ✨ **Ending Prolog:** Kisah cinta Hiroshi & Zhang Yue dimulai dari kursi sebelah di kelas, berlanjut ke rooftop sekolah, surat-surat sederhana, luka, air mata, hingga janji abadi. Bukan kisah biasa—tapi kisah tentang **dua hati yang melawan dunia, kasta, dan masa depan.**

Tạo bởi Azhivia azzalfa

Chi tiết nội dung

Thông tin phương tiện

Tương tác người dùng

Về tác phẩm AI này

Mô tả

Gợi ý tạo

Tương tác

Azhivia azzalfa

Azhivia azzalfa

*#Dua hati melawan keras nya dunia#*

### Bab 0 – Takdir di Bangku Sebelah
Tokyo, musim semi. Sakura bermekaran di halaman sekolah.
Hiroshi Fujikawa, siswa SMA biasa yang hidup dalam keluarga sederhana, tidak pernah menyangka bahwa hari itu hidupnya akan berubah.

Seorang murid pindahan dari China diperkenalkan di depan kelas—**Zhang Yue**.
Senyum imut, wajah bersih, sorot mata yang penuh rasa malu. Seketika kelas riuh, semua terpikat.

Namun, entah mengapa, bangku kosong di samping Hiroshi justru menjadi tempat duduknya.

Bagi Hiroshi, hal itu tidak berarti apa-apa. Ia hanya menatap lurus ke depan.
Tapi beberapa minggu kemudian, Zhang Yue memberanikan diri menyapa—dengan bahasa Jepang yang patah-patah, dicampur Mandarin, penuh kepanikan.

Dan Hiroshi? Ia tak bisa menahan senyum kecilnya. “Kalau gitu, kita bicara campur saja. Nggak apa-apa.”
Itu awal segalanya.

---

### Bab 1 – Di Balik Kepopuleran

Zhang Yue semakin populer. Pintar, sopan, imut. Ia memenangkan lomba akademik, juara olahraga, bahkan selalu ranking pertama. Semua orang mengincarnya.

Namun, di balik senyum itu, Hiroshi melihat sesuatu: rasa takut, rasa tertekan, rasa asing di negeri orang.

Hari itu di perpustakaan, Zhang Yue duduk sendirian di pojok. Hiroshi menghampiri.
“Kamu nggak capek dikejar semua orang?” tanya Hiroshi.
Zhang Yue tersenyum kaku. “Aku… lebih suka begini.”

Beberapa hari kemudian, Zhang Yue mengajaknya ke rooftop. Saat matahari tenggelam, suara lirih keluar dari bibirnya.
“Aku… sebenarnya takut. Aku tidak punya teman dekat. Semua orang mendekatiku karena sesuatu yang bukan aku. Tapi kamu, Hiroshi… kamu berbeda.”

Air matanya jatuh. Hiroshi refleks meraih bahunya, memeluknya.
Zhang Yue terkejut, buru-buru melepaskan diri, lalu minta maaf dan pergi.

Namun, setelah hari itu—dia mulai sering menggenggam tangan Hiroshi saat panik. Mulai berlindung di belakangnya saat ramai.
Dan setiap detak jantung Hiroshi makin tak terkendali.

---

### Bab 2 – Luka yang Tersembunyi

Musim panas.
Suatu sore, Hiroshi melihat Zhang Yue datang ke sekolah dengan wajah penuh luka. Tangannya bergetar, matanya merah.

Hiroshi mengikutinya hingga ke toilet, dan menemukan Zhang Yue menangis.
“Pergi… jangan lihat aku!” bentak Zhang Yue, berusaha menutup diri.

Tapi Hiroshi tak bisa diam. Ia mendobrak masuk, menggendongnya, membawanya ke UKS, lalu melapor ke guru BK.
Akhirnya terungkap—Zhang Yue dilecehkan oleh kakak kelas yang terkenal nakal dan kejam.

Hiroshi tak terima. Malam itu, ia menantang pelaku di rooftop. Tanpa ragu, ia menghajarnya habis-habisan.
Akibatnya Hiroshi diskors. Namun pelaku dikeluarkan dan dipenjara.

Beberapa hari kemudian, Hiroshi mendapat sebuah paket kecil. Isinya makanan, dan surat pendek:

> “Terima kasih… Maaf… Aku tidak tahu bagaimana membalasmu.”
> —Zhang Yue

Untuk pertama kali, Hiroshi tersenyum hangat membaca tulisan itu.

---

### Bab 3 – Surat yang Mengikat Hati

Hari-hari skors itu justru penuh kejutan. Paket demi paket datang.
Surat demi surat—tulisan tangan Zhang Yue, sederhana, namun penuh ketulusan.

Hiroshi membaca setiap kata dengan hati berdebar.
“Kenapa… dia begitu tulus? Kenapa aku merasa selalu memikirkan dia?”

Saat skors berakhir, Hiroshi kembali ke sekolah. Zhang Yue menunduk dalam-dalam di depannya, lalu berkata dengan suara gemetar:
“Aku… tidak tahu harus bagaimana, tapi aku ingin tetap di sampingmu.”

Malam itu, di rooftop, Hiroshi membawa bunga, cokelat, dan sebuah cincin kecil.
“Zhang Yue… waktu itu aku menolakmu. Tapi sekarang, aku sadar. Suratmu, kebaikanmu, semuanya… sudah memenuhi hatiku. Aku mencintaimu. Mau kah kau menjadi pasangan hidupku?”

Zhang Yue menutup mulutnya, air matanya mengalir. Ia hanya bisa mengangguk, lalu memeluk Hiroshi erat.

---

### Bab 4 – Dua Keluarga, Satu Restu

Hari itu datang—Hiroshi diajak ke rumah Zhang Yue.
Rumah besar, megah, penuh wibawa. Jantung Hiroshi berdegup kencang.

Namun, semua keluarga Zhang menyambutnya hangat. Ayah, papa, kakak, adik—semuanya menerima dengan tangan terbuka.
Meski kakak Zhang Yue sempat marah, khawatir adiknya disakiti, namun akhirnya luluh melihat kesungguhan Hiroshi.

Dan di depan semua keluarga Zhang, Hiroshi berlutut, mengucapkan janji:
“Aku tidak punya apa-apa sekarang. Tapi aku berjanji, setelah aku sukses, aku akan menikahinya, membahagiakannya, dan menjaganya seumur hidupku.”

---

### Bab 5 – Janji di Hari Kelulusan

Waktu berjalan. Mereka lulus SMA bersama.
Di tengah tawa, tangis, dan perpisahan, Hiroshi menarik Zhang Yue, lalu menciumnya di tengah keramaian.
Semua orang terkejut—tapi itu tanda janji yang tak akan pernah luntur.

Hari itu, Zhang Yue juga berkunjung ke rumah Hiroshi. Keluarga sederhana, hangat, dan penuh cinta.
Meski rumahnya kecil, Zhang Yue tersenyum. “Rumah ini hangat… lebih berharga dari istana mana pun.”

Malamnya, di kamar kecil, mereka berbicara banyak. Tawa, pelukan, dan akhirnya cinta pertama mereka terukir dalam ingatan.

---

### Epilog – Janji Lima Tahun

Pagi berikutnya, Hiroshi harus pergi merantau ke Tokyo.
Sebelum berpisah, ia mencium Zhang Yue sekali lagi.
“Tunggu aku. Lima tahun lagi… aku akan kembali sebagai lelaki yang pantas untukmu.”

Dan Zhang Yue tersenyum sambil berbisik:
“Aku akan menunggu. Selamanya.”

---

✨ **Ending Prolog:**
Kisah cinta Hiroshi & Zhang Yue dimulai dari kursi sebelah di kelas, berlanjut ke rooftop sekolah, surat-surat sederhana, luka, air mata, hingga janji abadi.
Bukan kisah biasa—tapi kisah tentang **dua hati yang melawan dunia, kasta, dan masa depan.**
—— Hết ——
Khám phá Xem thêm truyện hoặc bắt đầu tự tạo truyện của bạn!

*#Dua hati melawan keras nya dunia#* ### Bab 0 – Takdir di Bangku Sebelah Tokyo, musim semi. Sakura bermekaran di halaman sekolah. Hiroshi Fujikawa, siswa SMA biasa yang hidup dalam keluarga sederhana, tidak pernah menyangka bahwa hari itu hidupnya akan berubah. Seorang murid pindahan dari China diperkenalkan di depan kelas—**Zhang Yue**. Senyum imut, wajah bersih, sorot mata yang penuh rasa malu. Seketika kelas riuh, semua terpikat. Namun, entah mengapa, bangku kosong di samping Hiroshi justru menjadi tempat duduknya. Bagi Hiroshi, hal itu tidak berarti apa-apa. Ia hanya menatap lurus ke depan. Tapi beberapa minggu kemudian, Zhang Yue memberanikan diri menyapa—dengan bahasa Jepang yang patah-patah, dicampur Mandarin, penuh kepanikan. Dan Hiroshi? Ia tak bisa menahan senyum kecilnya. “Kalau gitu, kita bicara campur saja. Nggak apa-apa.” Itu awal segalanya. --- ### Bab 1 – Di Balik Kepopuleran Zhang Yue semakin populer. Pintar, sopan, imut. Ia memenangkan lomba akademik, juara olahraga, bahkan selalu ranking pertama. Semua orang mengincarnya. Namun, di balik senyum itu, Hiroshi melihat sesuatu: rasa takut, rasa tertekan, rasa asing di negeri orang. Hari itu di perpustakaan, Zhang Yue duduk sendirian di pojok. Hiroshi menghampiri. “Kamu nggak capek dikejar semua orang?” tanya Hiroshi. Zhang Yue tersenyum kaku. “Aku… lebih suka begini.” Beberapa hari kemudian, Zhang Yue mengajaknya ke rooftop. Saat matahari tenggelam, suara lirih keluar dari bibirnya. “Aku… sebenarnya takut. Aku tidak punya teman dekat. Semua orang mendekatiku karena sesuatu yang bukan aku. Tapi kamu, Hiroshi… kamu berbeda.” Air matanya jatuh. Hiroshi refleks meraih bahunya, memeluknya. Zhang Yue terkejut, buru-buru melepaskan diri, lalu minta maaf dan pergi. Namun, setelah hari itu—dia mulai sering menggenggam tangan Hiroshi saat panik. Mulai berlindung di belakangnya saat ramai. Dan setiap detak jantung Hiroshi makin tak terkendali. --- ### Bab 2 – Luka yang Tersembunyi Musim panas. Suatu sore, Hiroshi melihat Zhang Yue datang ke sekolah dengan wajah penuh luka. Tangannya bergetar, matanya merah. Hiroshi mengikutinya hingga ke toilet, dan menemukan Zhang Yue menangis. “Pergi… jangan lihat aku!” bentak Zhang Yue, berusaha menutup diri. Tapi Hiroshi tak bisa diam. Ia mendobrak masuk, menggendongnya, membawanya ke UKS, lalu melapor ke guru BK. Akhirnya terungkap—Zhang Yue dilecehkan oleh kakak kelas yang terkenal nakal dan kejam. Hiroshi tak terima. Malam itu, ia menantang pelaku di rooftop. Tanpa ragu, ia menghajarnya habis-habisan. Akibatnya Hiroshi diskors. Namun pelaku dikeluarkan dan dipenjara. Beberapa hari kemudian, Hiroshi mendapat sebuah paket kecil. Isinya makanan, dan surat pendek: > “Terima kasih… Maaf… Aku tidak tahu bagaimana membalasmu.” > —Zhang Yue Untuk pertama kali, Hiroshi tersenyum hangat membaca tulisan itu. --- ### Bab 3 – Surat yang Mengikat Hati Hari-hari skors itu justru penuh kejutan. Paket demi paket datang. Surat demi surat—tulisan tangan Zhang Yue, sederhana, namun penuh ketulusan. Hiroshi membaca setiap kata dengan hati berdebar. “Kenapa… dia begitu tulus? Kenapa aku merasa selalu memikirkan dia?” Saat skors berakhir, Hiroshi kembali ke sekolah. Zhang Yue menunduk dalam-dalam di depannya, lalu berkata dengan suara gemetar: “Aku… tidak tahu harus bagaimana, tapi aku ingin tetap di sampingmu.” Malam itu, di rooftop, Hiroshi membawa bunga, cokelat, dan sebuah cincin kecil. “Zhang Yue… waktu itu aku menolakmu. Tapi sekarang, aku sadar. Suratmu, kebaikanmu, semuanya… sudah memenuhi hatiku. Aku mencintaimu. Mau kah kau menjadi pasangan hidupku?” Zhang Yue menutup mulutnya, air matanya mengalir. Ia hanya bisa mengangguk, lalu memeluk Hiroshi erat. --- ### Bab 4 – Dua Keluarga, Satu Restu Hari itu datang—Hiroshi diajak ke rumah Zhang Yue. Rumah besar, megah, penuh wibawa. Jantung Hiroshi berdegup kencang. Namun, semua keluarga Zhang menyambutnya hangat. Ayah, papa, kakak, adik—semuanya menerima dengan tangan terbuka. Meski kakak Zhang Yue sempat marah, khawatir adiknya disakiti, namun akhirnya luluh melihat kesungguhan Hiroshi. Dan di depan semua keluarga Zhang, Hiroshi berlutut, mengucapkan janji: “Aku tidak punya apa-apa sekarang. Tapi aku berjanji, setelah aku sukses, aku akan menikahinya, membahagiakannya, dan menjaganya seumur hidupku.” --- ### Bab 5 – Janji di Hari Kelulusan Waktu berjalan. Mereka lulus SMA bersama. Di tengah tawa, tangis, dan perpisahan, Hiroshi menarik Zhang Yue, lalu menciumnya di tengah keramaian. Semua orang terkejut—tapi itu tanda janji yang tak akan pernah luntur. Hari itu, Zhang Yue juga berkunjung ke rumah Hiroshi. Keluarga sederhana, hangat, dan penuh cinta. Meski rumahnya kecil, Zhang Yue tersenyum. “Rumah ini hangat… lebih berharga dari istana mana pun.” Malamnya, di kamar kecil, mereka berbicara banyak. Tawa, pelukan, dan akhirnya cinta pertama mereka terukir dalam ingatan. --- ### Epilog – Janji Lima Tahun Pagi berikutnya, Hiroshi harus pergi merantau ke Tokyo. Sebelum berpisah, ia mencium Zhang Yue sekali lagi. “Tunggu aku. Lima tahun lagi… aku akan kembali sebagai lelaki yang pantas untukmu.” Dan Zhang Yue tersenyum sambil berbisik: “Aku akan menunggu. Selamanya.” --- ✨ **Ending Prolog:** Kisah cinta Hiroshi & Zhang Yue dimulai dari kursi sebelah di kelas, berlanjut ke rooftop sekolah, surat-surat sederhana, luka, air mata, hingga janji abadi. Bukan kisah biasa—tapi kisah tentang **dua hati yang melawan dunia, kasta, dan masa depan.**

4 months ago

1
    Trực tuyến